Jumat, 05 September 2014

Jurnal Remaja Labil: At Last.... This is the Way I’ve Choosen

Pada Akhirnya.... Jalan Inilah yang Kupilih

                Musim panas tahun lalu, setelah kegagalan bertubi-tubi dan putus asa yang cukup mendalam, akhirnya saya mendaftar pada program studi Kimia. Mengapa saya memilih Kimia? Karena saya yakin 100% saya akan diterima.
                Memangnya, kegagalan apa saja sih yang telah saya terima? Bahkan sekarang saya tidak yakin apakah hal tersebut benar-benar suatu murni kegagalan, karena tanpanya, saya tidak akan pernah bisa bertemu dengan makhluk-makhluk aneh bin ajaib tapi menyenangkan, makhluk yang saya sebut kawan.
                Jujur saja, ketika di SMA dulu, saya pikir saya bukan termasuk tipikal siswa dengan nilai menengah-bawah, walaupun saya tidak selalu mendapatkan paralel satu, tapi saya juga tidak pernah mendapatkan paralel tiga. Namun, segalanya mulai runtuh ketika pendaftaran perguruan tinggi negeri dibuka. Saya tidak lolos pada SNMPTN! Padahal, teman saya, yang tidak pernah paralel, yang bahkan saya tidak tahu wajahnya bagaimana, yang bahkan nilai ujian nasionalnya cukup di bawah standar, yang bahkan Dells saja kurang tahu orangnya yang mana, dia lolos SNMPTN di Kedokteran Umum, UA!!!!! Sedangkan saya, dan teman-teman saya yang paralel-paralel itu, gagal semua dalam SNMPTN ini. Bagaimana hati ini gak nyesek, coba??? SAKITNYA TUH DI SINI! *tunjuk jantung

                Apa sih standarnya SNMPTN itu?? Kenapa polanya susah dicari??
                Belum lagi saya setelah itu gagal masuk Teknik Informatika-nya Polinema, gagal lagi di SBMPTN! Pokoknya total gagal saya tuh lima kali, braaay.... Lima kali gagal!! Bagaimana saya tidak nangis tiga hari dua malam?? It’s literally three days and two nights shedding tears. Oleh karena itulah, saya langsung daftar mandiri Kimia, yang saya yakin 100% pasti diterima. Dan, diterima. Sebenarnya saya ingin vakum kuliah satu tahun, tapi, menurut ibu saya, itu hanya akan membuat saya makin galau karena malihat semua teman saya kuliah, sedangkan saya hanya di rumah dan ikut bimbingan SBMPTN untuk tahun depan.
                Ya, begitulah kisah saya yang menyedihkan itu. Karena hal ini, saya sudah bertekad bulat untuk tidak akan mengikuti seluruh rangkaian ospek, mulai dari universitas, fakultas, hingga jurusan. Dan, tentu saja saya menunaikan komitmen tersebut. Saya hanya fokus pada kelas untuk menuntut dan memahami ilmu, cukup sudah kegagalan saya. -_-“ Aku loro ati pokok wesan!!
                Ya, begitulah elegi saya dalam masuk PTN. Saya tahu, keputusan saya memilih Kimia itu adalah keputusan yang diambil saat otak sedang dipenuhi adrenalin, penuh dendam. Namun, saya tidak menyesalinya, kok, karena saya mendapatkan sesuatu yang tak ternilai harganya di sana. Mulai dari seorang Malisa yang sering banget gak jelas-nya kambuh, tapi teman yang enak banget dah, terus si Tiwi asal Praya, Lombok yang volume suaranya tak dapat dikecilkan lagi, Mega si Mbak Korlap dan suka banget sama Shinichi Kudo, lalu Masitha yang hobi nulis dan blogging, asal asli Madura tapi ternyata gak bisa bentak apalagi teriak. Belum lagi ada Zeka yang hobinya galau mulu. Terus si Adit sang maniak kereta api yang superdupertripel melankolis dan ababil. Terus si Mahatir yang hobinya bener-bener suka galau dan dikit-dikit merasa bersalah. Terus ada ustad Gempar yang reaktif banget di kelas. Terus ada Milya Akemi yang kereaktifannya di kelas mengalahkan Gempar dan sering tereksitasi kesana kemari. They’re like every kind of jewels i have.

#nowplaying Vidi Aldiano –Yang Kedua
Bila hati ini jujur bicara, hanyalah kamu selama ini yang mau mengerti
Walau mungkin sering aku tergoda tuk berbagi hati, miliki yang lain
Mana mungkin kumiliki hati yang kedua...
Aku hanya punya satu rongga dada
Mana mungkin diriku menduakan cintamu,
Hanya satu cinta dalam satu hati yang bisa kujaga..

#nowplaying Vidi Aldiano – Lagu Kita
Meskipun aku bukan siapa-siapa, bukan yang sempurna
Namun percayalah hatiku milikmu
Meski sering ku mengecewakanmu, maafkanlah aku
Janjiku kan setia padamu, hanyalah dirimu
Aku milikmu, kau milikku
Takkan ada yang pisahkan kita
Ini lagu kita, tuk selamanya
Janjiku untukmu, takkan tinggalkan dirimu

                Tak hanya menemukan kawan yang sungguh tak dapat digambarkan bagaimana keunikannya, saya juga menemukan sekelompok dosen yang AMAT SANGAT KECE BANGET! Ada Pak Lukman Hakin yang masih mudah tapi ternyata beranak dua, yang putih nan oriental, yang hobi memotivasi dengan pemikiran-pemikirannya yang anti-mainstream tapi menjunjung tinggi nilai veritas, yaitu kebenaran. Ah, dosen wali-ku. Lalu ada Bu Diah Mardiana yang benar-benar guru asli! Selalu membimbing kami dengan pengetahuan dan pemahaman yang fundamental, wes yo!! Pokok Bu Diah iku MBOISSSS!! MBUOISS!! Lalu ada Pak Ahmad Sabarudin, yang gaya mengajarnya bisa membuat otak-otak kita yang pas-pasan jadi nyambung, walaupun ternyata pas kuis dan UTS, soal-soalnya ZONK. Hehehehe.... Belum lagi ada Pak Kajur, Pak Edi, yang ahli dan paham banget sama minyak atsiri! Bapaknya cinta banget sama minyak. Bu Qonitah yang dengan pesona dan kemisteriusannya, kelas langsung sepi bak kuburan.
                Hidup di Kimia, ternyata menyenangkan. It’s like Midsummer’s Night Dream. When the night is over, it’s time to go. Pendaftaran ujian tuis untuk ujian masuk perguruan tinggi negeri, SBMPTN, telah dibuka. Ibukku dan kakakku bersikeras supaya saya mengikutinya.
Akhirnya, setelah kakak saya yang mendaftarkan, saya, dengan hanya berbekal otak dan alat tulis, mengikuti ujian tersebut. Dengan waktu belajar hanya dua hari, karena saya harus fokus pada UAS di Kimia, saya mengikuti ujian tersebut. Bahkan, jika dikalkulasi, waktu produktif saya belajar SBMPTN mungkin tidak sampai 10 jam totalnya. Saya hanya belajar catatan matematika tahun lalu, TPA dari zenius.net saja, satu sampel soal kimia, dan satu sampel soal SBMPTN 2013. Sudah itu saja. Bahkan jikalau pun ditolak, saya sudah ikhlas 100%.
Saat tes pun, ternyata soal-soalnya jauh lebih susah soal SBMPTN pada tahun saya. T.T
Yang saya ingat, semua soal kimianya saha hajar semua! Malu doong, masak kuliah di kimia gak bisa kimia? Soal matematika, fisika, dan biologi saya hajar sebagian dengan  beberapa soal saya jawab dengan jurus tebak-tebakan. Dan soal TPA yang saya jawab sekenanya dengan mati rasa!
                Pengumuman pun tiba, dan, saya diterima di Pendidikan Dokter, Universitas Brawijaya. Baru kali itu saya merasakan diterima SBMPTN, jadi, rasanya begitu ketrima PTN lewat jalur nasional?? Sensasinya itu.... deg-deg-an untuk beberapa menit, terus hilang, udah gitu saja. Baru setelah itu saya merasa galau segalau-galaunya!!! Kimia apa PD? Kenapa pas saya gak begitu pengen diterima, malah diterima?? Kenapa pula pas saya pengen banget ketrima, tapi malah ditolak terus?? Kenapa, ya Tuhaaan? Kenapa?? -_- -___________-
                Kenapa ketika saya gak niat belajarnya, malah ketrima? Kenapa pas saya belajar mati-matian, malah gagal? Kenapa, ya Tuhaaaaaaan?
                Kemudian, jawaban itu akhirnya datang. Yang saya kira, jawaban langsung dari Tuhan, untuk kegalauan saya kala itu.
                SMS datang dari Della Putri, sahabat saya sejak dulu. Intinya, Della pro PD. :3
                Terus Mbak Kiki, kakak kelas dan emak terbaikku. Intinya pro PD. Dan mbak iku menemukan secarik kertas daftar impian perguruan tinggi yang kami berdua tulis ketika musim UAS di SMA dulu, isinya aku nulis “Medicine, Medical Faculty, Harvard University”. Tentu saja saja tak diteirma di Harvard sana, tapi kata Medicine-nya itu lho, betapa dulu saya maniak medicine.
                Belum lagi, ketika saya iseng buka-buka buku harian sayab yang dulu, saya lumayan kaget karena di sana, tertulis, satu tahun lalu,
                Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya via SBMPTN 2014.
                Sebegitu detil saya menuliskan target saya untuk tahun 2014. Dan, target itu pun menjadi kenyataan dengan detail yang sama dengan yang saya tuliskan satu tahun lalu. Dan, saya pun percaya dengan kekuatan mimpi. Kemudian, saya teringat bahwa saya juga pernah berdoa pada suatu malam, kepada Tuhan saya dan Tuhanmu itu, bahwa jika memang Kau berkehendak untuk membuat saya menjadi dokter, bahwa jika dokter memang yang terbaik bagi saya, maka loloskanlah saya. Jika memang Kimia yang terbaik saya, maka, kumohon, Tuhan, jangan loloskan saya, biarkanlah saya tetap berada di Kimia.
                Dan, saya berkesimpulan bahwa inilah jawaban dari Tuhan.
                Karena itu, ketika Mega sms, intinya gini sih, aku lupa, “Kenapa kamu ketrima pd gak tahun lalu aja? Biar kita gausah ketemu”.
                Saya ingin menjawab. “Tahun lalu itu aku fix gak lolos, aku gak bisa ngatur yang dulu. Jika dulu udah ketrima pd, tentu aja aku gabakal noleh ke kimia, jadi sekalian kita gak ketemu. Masalahnya dulu udah fix gak ketrima, kalo aku bisa muter waktu, tentu saja aku pengen ketrimanya dulu, gak nunggu satu tahun kek gini”.
                Aku tidak tahu apakah jalan yang saya pilih ini akan berakhir bagaimana. Saya tidak tahu apakah saya bisa bertahan di lingkungan baru itu. Saya juga tidak tahu apakah otak saya ini sanggup menerima materi di sana itu. Mungkin jalan yang akan saya lalui akan jauh lebih berat dan rumit. Mungkin saya tidak menjadi murid golongan atas. Mungkin saya akan lebih sering galau karena sulitnya hidup di sana. Mungkin saya tiada akan menemukan kawan yang seunik dan seajaib di Kimia ini. Namun, setidaknya, pada akhirnya, jalan inilah yang saya pilih dan akan saya usahakan dengan sebaik mungkin.

Malang, September 4th, 2014
It should be my “ospek fakultas” but i didnt attend it

0 komentar:

Posting Komentar

Hello, world! Leave a trace and lemme see you....